Kades menegaskan, saat ini memang ada air sumur milik pribadi dan juga beberapa titik anak sungai yang di manfaatkan oleh warga untuk kebutuhan sehari hari.
Namun walaupun menggunakan air sumur dan air sungai, selain kualitas air yang tidak di ketahui kadar kesehatannya, terutama air sumur di desa kami juga ketika musim kemarau tiba akan mengalami kekeringan alias susah mendapatkan air.
"Air sumur belum di ketahui kadar kesehatannya sampai dimana, apakah layak dikonsumsi atau tidak oleh warga. Selain itu debit air sumur ketika musim kemarau tiba akan berkurang bahkan akan kesulitan mencari air," tutur Kades.
Kades juga menegaskan, dengan semakin meluasnya tanaman perkebunan sawit, air sumur dan sungai akan semakin berkurang debit air tanah dan ancaman pencemaran air sumur dan sungai bisa saja terjadi pada titik tertentu air sumur.
"Permentasi air hasil pengolahan jaringan PDAM bisa dipercaya kadar layak atau tidak untuk di konsumsi warga, sebab ada uji laboratorium," pungkasnya.
Untuk di ketahui, Pada pemberitaan sebelumnya dimedia SBM pada Kamis (18/10/2018), untuk Desa Bukit Sungkai, Sekuningan Baru dan Natai Kondang bisa saja di masukkan jaringan pipa PDAM mulai tahun depan, tapi kapasitas mesinnya wajib di tambah 30 liter per detik.
“Tiga desa terdekat akan bisa menikmati air bersih dengan syarat wajib menambah kapasitas 30 liter per detik,” pungkas, Pjs. Direktur PDAM Tirtha Sukma, Heru Setiawan, ST. (eko/red) #Liputansbm