Pembangunan Tol Semarang-Demak Menggunakan Teknologi Bambu - Liputan Sbm

08/04/2024

08/04/2024

13 April 2022

Pembangunan Tol Semarang-Demak Menggunakan Teknologi Bambu

 

Demak - Pembangunan proyek tanggul laut Tol Semarang-Demak, menerapkan teknologi bambu tepatnya pada seksi 1. Teknologi bambu merupakan yang pertama digunakan untuk struktur bangunan jalan tol di Indonesia. Teknologi bambu digunakan sebagai bantalan pembuatan struktur jalan yang juga terintegrasi sebagai tembok laut Tol Semarang Demak Jawa Tengah. Rabu (13/4/2022). 


Saat ini, proses penerapan teknologi bambu pada proyek Tol Semarang-Demak baru dalam tahap Trial Embankment. Dalam tahap ini, bambu akan diuji coba sebagai cerucuk dan matras. Selanjutnya struktur bambu akan ditimbun dengan material pasir, sebelum struktur jalan tol dibangun diatasnya.


Berdasarkan pantauan awak media belum lama ini, sejumlah pekerja tampak merakit bambu yang akan digunakan sebagai cerucuk dan matras. Bambu-bambu tersebut diikat menggunakan tali. Proses Trial Embankment dilakukan para pekerja di kawasan industri Kaligawe, Kota Semarang, yang lokasinya berada di tepi laut.


Indah Herning Suari Engineer PT. PP menjelaskan, bambu yang akan digunakan sebagai cerucuk, dirangkai dari tujuh batang dalam satu klaster. Sedangkan bambu yang akan digunakan sebagai matras, dirangkai satu persatu di atas laut.


"Ini saya sekaligus ingin meluruskan anggapan masyarakat, yang menganggap jalan tol ini nanti akan dibangun dengan bambu. Anggapan ini tidak benar, karena bambu ini hanya digunakan sebagai self improvement" kata Indah.


Baca Juga : Tol Semarang Demak Akan Ada Rest Area di Tengah Laut


"Jadi saat ini pembangunan tembok laut yang sekaligus akan menjadi jalan tol masih dalam proses Trial Embankment. Ini dilakukan sebagai pengujian terhadap teknologi bambu yang diterapkan dalam proyek Tol Semarang-Demak seksi 1,” tambah Indah saat ditemui di lokasi proyek. 


Indah mengatakan, bambu-bambu yang akan digunakan sebagai matras dan cerucuk didatangkan dari sejumlah daerah di Indonesia. Ada yang dari sejumlah wilayah di Jawa Tengah, Jawa Timur dan juga dari Jawa Barat. Bambu yang dipergunakan, dipilih sesuai spesifikasi yang ditentukan, baik diameter maupun panjangnya.


Proses awal Trial Embankment, kata Indah, bambu akan dipancang secara vertikal di permukaan tanah lunak sebagai cerucuk. Kemudian di atas cerucuk akan dipasang matras bambu yang telah dirakit menggunakan tali.


Setelah cerucuk dan matras bambu terpasang, proses selanjutnya yakni Prefabricated Vertical Drain (PVD). Proses ini berfungsi untuk mengeluarkan air tanah agar konsolidasi tanah bisa dipercepat. Setelah itu, proses selanjutnya yani pemasangan geotube dan kemudian penimbunan pasir sebagai bantalan struktur jalan tol.


“Ini saya sekaligus ingin meluruskan anggapan masyarakat, yang menganggap jalan tol ini nanti akan dibangun dengan bambu. Anggapan ini tidak benar, karena bambu ini hanya digunakan sebagai self improvement,” tutur Indah.


Indah mengungkapkan, penerapan teknologi bambu di atas laut tidaklah mudah. Para pekerja harus berjibaku untuk mengendalikan bambu yang mengapung di lokasi yang telah ditentukan. Belum lagi mereka harus berhadapan dengan cuaca yang tidak menentu dan angin yang kerap kali berhembus sangat kencang.


Penggunaan alat berat pun menjadi tantangan tersendiri, karena harus mengoperasikannya di atas permukaan laut yang tak jarang dihempas gelombang tinggi. Oleh karena itu, pantauan cuaca dan gelombang laut dari BMKG menjadi instrumen penting dalam pelaksanaan proses ini.


Sementara itu, Direktur Teknik PT PP, Deddy Susanto menjelaskan, pemilihan teknologi bambu pada pembangunan jalan tol Semarang-Demak seksi 1 akan menjadi yang pertama di Indonesia, untuk pembangunan jalan tol. Teknologi bambu dipilih karena tanah wilayah yang akan dibangun jalan tol memiliki struktur tanah lunak yang sangat dalam, yakni 60 meter.


"Teknologi bambu ini sepertinya baru ya, padahal tidak. Sebelumnya juga telah diterapkan di proyek-proyek lain. Tapi memang, untuk pembangunan jalan tol, khususnya yang dibangun di tengah laut, teknologi bambu ini memang yang pertama,” ujar Deddy. 


Bambu, kata Deddy dinilai memiliki struktur yang mampu menahan struktur bangunan jalan di atas laut. Bambu juga dinilai memiliki kekuatan untuk menahan struktur bangunan, karena memiliki serat yang kuat dan merata. Selain itu, dipilihnya teknologi bambu karena lebih efisien dibanding dengan teknologi lain.


Sebelum diaplikasikan dalam proyek pembangunan tol, Kementerian PUPR melalui Balai Bahan dan Struktur Bangunan Gedung, Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan, Direktorat Jenderal Cipta Karya, melakukan pengujian kekuatan bambu untuk peningkatan daya dukung tanah dasar konstruksi tol Semarang-Demak. 


Pengujian bambu dilakukan melalui dua jenis pengujian, antara lain uji tarik sistem matras bambu dan uji lentur sistem matras bambu. Pengujian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui perilaku bambu yang dirangkai menjadi kesatuan sebagai matras, yang memiliki gaya tarik horizontal serta gaya tekan pada arah tegak lurus.


Dia menambahkan, saat ini proses penerapan teknologi bambu dalam tahap trial embankment. Dalam tahap ini, penerapan teknologi bambu untuk tembok laut akan dicoba sepanjang 400 meter. Proses Trial Embankment yang dikerjakan oleh PT PP ini dijadwalkan selesai pertengahan tahun ini dan menghabiskan biaya sebesar Rp 395 miliar. #liputansbm


Pewarta : Puji S

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda