Tol Semarang Demak Akan Ada Rest Area di Tengah Laut - Liputan Sbm

08/04/2024

08/04/2024

13 April 2022

Tol Semarang Demak Akan Ada Rest Area di Tengah Laut

Semarang - Pembangunan Tol Semarang-Demak akan menyuguhkan sesuatu yang berbeda dari pembangunan tol lain di Indonesia. Tol yang akan melintasi lautan ini akan ada rest area di tengah laut. Rest area ini diproyeksikan menjadi destinasi wisata baru di Kota Semarang Jawa Tengah. Selasa (12/4/2022).


Hal itu diungkapkan Direktur Teknik PT PP Tol Semarang-Demak, Deddy Susanto, beberapa waktu lalu. Dia mengatakan, rest area di Tol Semarang-Demak ini merupakan rest area pertama di Indonesia yang berada di tengah laut.


“Lokasinya berada di kilometer 5. Jadi ini akan menjadi destinasi baru di Kota Semarang, dan akan menjadi rest area pertama di Indonesia yang berada di tengah laut,” ungkap Deddy kepada awak media, saat ditemui di lokasi pembangunan Tol Semarang-Demak.


Deddy mengungkapkan, pembangunan Tol Semarang Demak merupakan jalan tol yang membelah lautan, dari kawasan Kaligawe di Kota Semarang, menuju kawasan Sayung di Kabupaten Demak. Proyek pembangunan tol ini akan dibagi menjadi dua seksi. Seksi pertama, jalan akan terhubung dari kawasan industri Terboyo hingga kawasan industri di Sayung.


Saat ini, pembangunan jalan tol Semarang-Demak seksi 1, dimana tembok laut nanti dibangun, baru dalam tahap percobaan penerapan teknologi bambu. Teknologi yang sebelumnya tak pernah diaplikasikan dalam struktur bangunan di tengah laut ini, baru diujicobakan. Hasilnya tentu harus ditunggu hingga pembangunannya selesai pada 2024 nanti.


Dia menjelaskan, Tol Semarang-Demak akan dibangun sepanjang 26,7 kilometer. Pembangunan tol ini dibagi menjadi dua seksi. Seksi pertama akan menghubungkan wilayah Kaligawe Kota Semarang hingga wilayah Sayung Kabupaten Demak.


“Sedangkan Seksi dua, tol akan menyambung dari wilayah Sayung hingga Demak. Proyek pembangunan tol Semarang-Demak ini akan menelan anggaran sebesar Rp 15 triliun,” katanya.


Struktur jalan tol Semarang Demak yang akan dibangun memiliki empat lajur, setiap lajur memiliki lebar 3,6 meter. Jalan tol ini memiliki lebar bahu jalan luar 3 meter, dan memiliki lebar median 5,5 meter. Jalan tol Semarang Demak memiliki masa konsesi selama 35 tahun, memiliki gerbang tol 3 buah, simpang susun 2 buah, on/off ramp 2 buah, jembatan 9 buah, overpas 1 buah, dan underpass 6 buah.


Pembangunan tol Semarang-Demak seksi 1 baru dimulai pada awal 2022 ini, meski seksi 2 telah dimulai setahun sebelumnya pada awal 2021. Pembangunan jalan tol Semarang-Demak seksi 1 sepanjang 10,39 kilometer ini akan terhubung dengan jalur tol existing Semarang ABC di Kaligawe, dan didesain membelah lautan yang sekaligus akan menjadi tembok laut, dan berakhir di Sayung.


Proyek ini akan dibangun di atas 252 bidang tanah seluas 383,37 Ha. Seksi 1 Tol Semarang Demak ini akan menelan anggaran sebesar Rp 9,6 triliun.


Proyek pembangunan tol Semarang-Demak Seksi 1 ini memiliki tiga paket kegiatan. Paket 1A akan dikerjakan oleh Hutama Karya berupa peninggian jembatan Kaligawe, elevated freeway, dan Pile Slab. Untuk Paket 1B akan dikerjakan oleh PT PP dan Wika, berupa pembuatan tanggul laut dan jalan utama, serta pembangunan rest area dan gerbang tol.


Sedangkan Paket 1C yang dikerjakan oleh PT Adi Karya berupa pengerjaan kolam retensi dan rumah pompa. Akan ada dua kolam retensi yang akan dibangun, yakni kolam retensi terboyo seluas 225 Ha, dan kolam retensi Sriwulan seluas 35 Ha.


Fungsi kolam retensi dan rumah pompa berfungsi untuk menyedot air yang datang dari hulu sungai untuk dialirkan ke laut. Ini dilakukan untuk menjaga agar kawasan yang dikelilingi tembok laut laut tetap kering. Sedangkan untuk pembangunan rest area di tengah laut, tepatnya di kilometer 5 Tol Semarang Demak seksi 1, akan difungsikan sebagai destinasi wisata baru di Semarang.


Berdasarkan jadwal yang telah dibuat, pembangunan tol Semarang-Demak Seksi 1 ini akan rampung dikerjakan pada 2024 nanti, dan diproyeksikan operasional pada tahun 2025. Sedangkan ketahanan struktur bangunan tol yang sekaligus menjadi tembok laut dirancang bisa menahan rob selama 50 tahun.


Pemilihan teknologi bambu pada pembangunan jalan tol Semarang-Demak seksi 1 akan menjadi yang pertama di Indonesia, untuk pembangunan jalan tol. Teknologi bambu dipilih karena tanah wilayah yang akan dibangun jalan tol memiliki struktur tanah lunak yang sangat dalam, yakni 60 meter.


Bambu dinilai memiliki struktur yang mampu menahan struktur bangunan jalan di atas laut. Bambu juga dinilai memiliki kekuatan untuk menahan struktur bangunan, karena memiliki serat yang kuat dan merata. Selain itu, dipilihnya teknologi bambu karena lebih efisien dibanding dengan teknologi lain.


Sebelum diaplikasikan dalam proyek pembangunan tol, Kementerian PUPR melalui Balai Bahan dan Struktur Bangunan Gedung, Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan, Direktorat Jenderal Cipta Karya, melakukan pengujian kekuatan bambu untuk peningkatan daya dukung tanah dasar konstruksi tol Semarang-Demak.


Pengujian bambu dilakukan melalui dua jenis pengujian, antara lain uji tarik sistem matras bambu dan uji lentur sistem matras bambu. Pengujian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui perilaku bambu yang dirangkai menjadi kesatuan sebagai matras, yang memiliki gaya tarik horizontal serta gaya tekan pada arah tegak lurus.


Bambu akan digunakan sebagai bahan cerucuk dan matras dalam penerapan teknologi bambu pada proses trial embankment pembuatan tanggul laut Tol Semarang-Demak. Bambu-bambu ini didatangkan dari sejumlah daerah di Indonesia. Bambu dipilih sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan, termasuk diameter dan panjangnya.


Proses awal trial embankment, bambu akan dipancang secara vertikal di permukaan tanah lunak sebagai cerucuk. Kemudian di atas cerucuk akan dipasang matras bambu yang telah dirakit menggunakan tali. Pada rencana awal, matras bambu disusun sebanyak 17 lapis, namun setelah pengujian diputuskan menggunakan 13 lapis bambu.


Setelah cerucuk dan matras bambu terpasang, proses selanjutnya yakni Prefabricated Vertical Drain (PVD). Proses ini berfungsi untuk mengeluarkan air tanah agar konsolidasi tanah bisa dipercepat. Setelah itu, proses selanjutnya yani pemasangan geotube dan kemudian penimbunan pasir sebagai bantalan struktur jalan tol.


Penerapan teknologi bambu di atas laut tidaklah mudah. Para pekerja harus berjibaku untuk mengendalikan bambu yang mengapung di lokasi yang telah ditentukan. Belum lagi mereka harus berhadapan dengan cuaca yang tidak menentu dan angin yang kerap kali berhembus sangat kencang.


Penggunaan alat berat pun menjadi tantangan tersendiri, karena harus mengoperasikannya di atas permukaan laut yang tak jarang dihempas gelombang tinggi. Oleh karena itu, pantauan cuaca dan gelombang laut dari BMKG menjadi instrumen penting dalam pelaksanaan proses ini. #liputansbm


Pewarta : Puji S

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda