LIPUTANSBM.COM, PALANGKA RAYA – Terletak di jantung Pulau Kalimantan, Kalimantan Tengah (Kalteng) merupakan provinsi yang kaya akan alam, budaya, dan tradisi masyarakatnya. Dengan luas ±153.564 kilometer persegi, Kalteng menempati posisi sebagai provinsi terluas ketiga di Indonesia, sementara ibu kotanya, Palangka Raya, yang sekaligus menjadi pusat pemerintahan provinsi, memiliki wilayah ±2.678 kilometer persegi dan dikenal sebagai kota terluas di tanah air. Provinsi ini terdiri dari 13 wilayah administratif, yaitu Kota Palangka Raya dan 12 kabupaten: Barito Selatan, Barito Utara, Gunung Mas, Kapuas, Katingan, Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Lamandau, Murung Raya, Pulang Pisau, Sukamara, dan Seruyan.
Kalteng berbatasan langsung dengan
Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur di utara, Laut Jawa di selatan,
Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan di timur, serta Kalimantan Barat di
barat. Lanskap provinsi ini sangat beragam, mulai dari hutan hujan tropis
dataran rendah, rawa gambut raksasa seperti Sebangau dan Katingan, hingga perbukitan
di Pegunungan Schwaner dan Müller yaitu dua rangkaian pegunungan utama yang
terdapat di Pulau Kalimantan, tepatnya di Kalimantan Tengah dan
sekitarnya. Sungai-sungai besar, termasuk Barito, Kahayan, Kapuas Murung,
Katingan, dan Mentaya, menjadi urat nadi transportasi, perdagangan, dan
kehidupan masyarakat lokal. Iklim tropis dengan curah hujan tinggi sepanjang
tahun mendukung kesuburan tanah dan kelimpahan sumber daya alam.
Sejarah provinsi ini menunjukkan proses pembentukan yang strategis. Provinsi Kalimantan Tengah resmi berdiri pada 23 Mei 1957 berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 10 Tahun 1957, memisahkan wilayahnya dari Kalimantan Selatan. Pembentukan awal dimulai dengan keputusan Menteri Dalam Negeri pada 28 Desember 1956, dan Presiden Ir. Soekarno memancangkan tiang pertama pembangunan ibu kota di Pahandut (Palangka Raya) pada 17 Juli 1957. Sejak saat itu, Palangka Raya ditetapkan sebagai ibu kota provinsi dan menjadi pusat administrasi, ekonomi, dan budaya Kalteng hingga saat ini.
Keanekaragaman hayati Kalteng termasuk salah satu yang
terkaya di dunia. Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus), primata ikonik
dunia, hidup di hutan provinsi ini bersama bekantan (Nasalis larvatus),
monyet berhidung panjang khas mangrove. Provinsi ini juga menjadi habitat
burung enggang atau rangkong badak, burung pelatuk Borneo, serta mamalia langka
seperti kucing merah Borneo, rusa sambar, beruang madu, dan macan dahan. Di
perairan sungai dan rawa, terdapat buaya muara, labi-labi, serta ikan air tawar
seperti arwana super red, ikan jelawat, toman, dan gabus. Arwana super red
tidak hanya memiliki nilai ekologis tetapi juga ekonomi, menjadi salah satu
ikan hias termahal di dunia.
Selain fauna, flora Kalteng juga sangat memukau. Anggrek
hitam Kalimantan (Coelogyne pandurata) dengan corak hijau kehitaman yang
unik termasuk tumbuhan langka yang dilindungi. Nepenthes spp., atau kantong
semar Kalimantan, merupakan tanaman karnivora endemik rawa gambut dan
perbukitan. Bunga raksasa Rafflesia arnoldii var. borneensis, yang
sangat jarang mekar, hanya dapat ditemui di hutan primer. Pohon ulin (Eusideroxylon
zwageri), simbol kekuatan hutan tropis, dan rotan (Calamus spp.)
menjadi sumber bahan kerajinan tradisional Dayak sekaligus tanaman hias
populer. Anthurium, aglaonema lokal, paku tanduk rusa, dan berbagai jenis
begonia hutan Borneo, serta tanaman air seperti teratai rawa, turut memperkaya
keanekaragaman vegetasi provinsi ini.
Budaya Dayak yang kaya masih hidup hingga kini. Suku Dayak
Ngaju, Ot Danum, dan Maanyan hidup berdampingan dengan komunitas Banjar dan
pendatang Jawa. Rumah Betang, rumah panjang khas Dayak, melambangkan
kebersamaan dan struktur sosial komunal. Upacara adat Tiwah, ritual kematian
untuk pelepasan roh, serta tarian Kinyah Mandau, memadukan seni perang, bela
diri, dan teatrikal, tetap dilestarikan. Festival Budaya Isen Mulang, yang
digelar setiap Mei di Palangka Raya, menjadi panggung tahunan untuk menampilkan
tarian, musik, dan kuliner khas Dayak, sekaligus memperkuat identitas budaya
provinsi di kancah nasional dan internasional.
Tradisi Dayak juga tercermin melalui senjata tradisional
yang memiliki fungsi praktis dan spiritual. Mandau, parang dengan bilah
melengkung dan gagang berukir khas, digunakan untuk berburu, bertahan, dan
upacara adat. Sumpit (Sipet), senjata tiup panjang, digunakan berburu maupun
berperang; anak sumpit sering dilapisi racun tumbuhan, menjadikannya mematikan
dari jarak jauh. Dohong, belati kuno yang dipercaya sebagai pusaka suci,
biasanya dimiliki pemimpin adat dan digunakan dalam ritual sebagai simbol kehormatan.
Telawang, perisai kayu dari ulin dengan ukiran khas Dayak, berfungsi sebagai
pelindung fisik sekaligus simbol semangat juang. Lonjo, tombak dengan ujung
besi, digunakan untuk berburu dan diyakini memiliki kekuatan magis yang
meningkat seiring banyaknya nyawa yang dilumpuhkan. Semua senjata ini menjadi
bagian dari warisan budaya yang terus dijaga masyarakat Dayak hingga saat ini.
Kekayaan kuliner Kalteng menjadi bagian tak terpisahkan dari
budaya lokal. Juhu Singkah atau Umut (sayur rotan muda) dan Kalumpe (daun
singkong tumbuk berbumbu) menjadi hidangan favorit masyarakat. Wadi, ikan
fermentasi khas Dayak, serta jajanan manis Hintalu Karuang menambah warna
kuliner daerah. Ikan patin dan baung bakar dari sungai-sungai lokal juga
menjadi santapan khas yang disukai wisatawan, menunjukkan keterikatan
masyarakat dengan sumber daya alam setempat.
Sektor pariwisata Kalteng menawarkan pengalaman alam dan
budaya yang memikat. Taman Nasional Tanjung Puting di Kotawaringin Barat
menjadi pusat konservasi orangutan dan destinasi susur Sungai Sekonyer. Taman
Nasional Sebangau, yang membentang di Palangka Raya, Katingan, dan Pulang
Pisau, menawarkan ekowisata rawa gambut yang unik. Danau Tahai dengan rumah
terapung, Bukit Batu, dan Desa Wisata Tumbang Malahoi menghadirkan kombinasi
alam, spiritualitas, dan budaya. Sungai Kahayan dan Kapuas Murung juga menjadi
jalur budaya, tempat wisatawan dapat menyaksikan kehidupan masyarakat bantaran
sungai secara langsung.
Ekonomi Kalteng didukung sektor pertambangan
batubara dan emas, kehutanan ulin dan rotan, perkebunan sawit dan karet, serta
pertanian padi, jagung, dan hortikultura. Sungai-sungai besar menyediakan
sumber penghidupan melalui perikanan air tawar, sementara pariwisata berbasis
ekowisata dan budaya Dayak semakin digarap sebagai sektor unggulan. Palangka
Raya sempat dipertimbangkan sebagai calon ibu kota negara sebelum Nusantara
ditetapkan. Lahan gambut yang luas di provinsi ini menyimpan cadangan karbon raksasa,
berperan penting dalam mitigasi perubahan iklim global. Sungai Barito, yang
berhulu di Pegunungan Schwaner dan bermuara di Laut Jawa, tetap menjadi jalur
vital transportasi dan ekonomi, sementara Festival Budaya Isen Mulang terus
mengukuhkan identitas budaya dan daya tarik wisata Kalimantan Tengah.