Kalimantan Tengah: Kekayaan Alam, Budaya, dan Tradisi yang Menakjubkan - Liputan Sbm

12 October 2025

Kalimantan Tengah: Kekayaan Alam, Budaya, dan Tradisi yang Menakjubkan



LIPUTANSBM.COM, PALANGKA RAYA – Terletak di jantung Pulau Kalimantan, Kalimantan Tengah (Kalteng) merupakan provinsi yang kaya akan alam, budaya, dan tradisi masyarakatnya. Dengan luas ±153.564 kilometer persegi, Kalteng menempati posisi sebagai provinsi terluas ketiga di Indonesia, sementara ibu kotanya, Palangka Raya, yang sekaligus menjadi pusat pemerintahan provinsi, memiliki wilayah ±2.678 kilometer persegi dan dikenal sebagai kota terluas di tanah air. Provinsi ini terdiri dari 13 wilayah administratif, yaitu Kota Palangka Raya dan 12 kabupaten: Barito Selatan, Barito Utara, Gunung Mas, Kapuas, Katingan, Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Lamandau, Murung Raya, Pulang Pisau, Sukamara, dan Seruyan. 

Kalteng berbatasan langsung dengan Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur di utara, Laut Jawa di selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan di timur, serta Kalimantan Barat di barat. Lanskap provinsi ini sangat beragam, mulai dari hutan hujan tropis dataran rendah, rawa gambut raksasa seperti Sebangau dan Katingan, hingga perbukitan di Pegunungan Schwaner dan Müller yaitu dua rangkaian pegunungan utama yang terdapat di Pulau Kalimantan, tepatnya di Kalimantan Tengah dan sekitarnya. Sungai-sungai besar, termasuk Barito, Kahayan, Kapuas Murung, Katingan, dan Mentaya, menjadi urat nadi transportasi, perdagangan, dan kehidupan masyarakat lokal. Iklim tropis dengan curah hujan tinggi sepanjang tahun mendukung kesuburan tanah dan kelimpahan sumber daya alam.

Sejarah provinsi ini menunjukkan proses pembentukan yang strategis. Provinsi Kalimantan Tengah resmi berdiri pada 23 Mei 1957 berdasarkan Undang-Undang Darurat Nomor 10 Tahun 1957, memisahkan wilayahnya dari Kalimantan Selatan. Pembentukan awal dimulai dengan keputusan Menteri Dalam Negeri pada 28 Desember 1956, dan Presiden Ir. Soekarno memancangkan tiang pertama pembangunan ibu kota di Pahandut (Palangka Raya) pada 17 Juli 1957. Sejak saat itu, Palangka Raya ditetapkan sebagai ibu kota provinsi dan menjadi pusat administrasi, ekonomi, dan budaya Kalteng hingga saat ini.

Keanekaragaman hayati Kalteng termasuk salah satu yang terkaya di dunia. Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus), primata ikonik dunia, hidup di hutan provinsi ini bersama bekantan (Nasalis larvatus), monyet berhidung panjang khas mangrove. Provinsi ini juga menjadi habitat burung enggang atau rangkong badak, burung pelatuk Borneo, serta mamalia langka seperti kucing merah Borneo, rusa sambar, beruang madu, dan macan dahan. Di perairan sungai dan rawa, terdapat buaya muara, labi-labi, serta ikan air tawar seperti arwana super red, ikan jelawat, toman, dan gabus. Arwana super red tidak hanya memiliki nilai ekologis tetapi juga ekonomi, menjadi salah satu ikan hias termahal di dunia.

Selain fauna, flora Kalteng juga sangat memukau. Anggrek hitam Kalimantan (Coelogyne pandurata) dengan corak hijau kehitaman yang unik termasuk tumbuhan langka yang dilindungi. Nepenthes spp., atau kantong semar Kalimantan, merupakan tanaman karnivora endemik rawa gambut dan perbukitan. Bunga raksasa Rafflesia arnoldii var. borneensis, yang sangat jarang mekar, hanya dapat ditemui di hutan primer. Pohon ulin (Eusideroxylon zwageri), simbol kekuatan hutan tropis, dan rotan (Calamus spp.) menjadi sumber bahan kerajinan tradisional Dayak sekaligus tanaman hias populer. Anthurium, aglaonema lokal, paku tanduk rusa, dan berbagai jenis begonia hutan Borneo, serta tanaman air seperti teratai rawa, turut memperkaya keanekaragaman vegetasi provinsi ini.

Budaya Dayak yang kaya masih hidup hingga kini. Suku Dayak Ngaju, Ot Danum, dan Maanyan hidup berdampingan dengan komunitas Banjar dan pendatang Jawa. Rumah Betang, rumah panjang khas Dayak, melambangkan kebersamaan dan struktur sosial komunal. Upacara adat Tiwah, ritual kematian untuk pelepasan roh, serta tarian Kinyah Mandau, memadukan seni perang, bela diri, dan teatrikal, tetap dilestarikan. Festival Budaya Isen Mulang, yang digelar setiap Mei di Palangka Raya, menjadi panggung tahunan untuk menampilkan tarian, musik, dan kuliner khas Dayak, sekaligus memperkuat identitas budaya provinsi di kancah nasional dan internasional.

Tradisi Dayak juga tercermin melalui senjata tradisional yang memiliki fungsi praktis dan spiritual. Mandau, parang dengan bilah melengkung dan gagang berukir khas, digunakan untuk berburu, bertahan, dan upacara adat. Sumpit (Sipet), senjata tiup panjang, digunakan berburu maupun berperang; anak sumpit sering dilapisi racun tumbuhan, menjadikannya mematikan dari jarak jauh. Dohong, belati kuno yang dipercaya sebagai pusaka suci, biasanya dimiliki pemimpin adat dan digunakan dalam ritual sebagai simbol kehormatan. Telawang, perisai kayu dari ulin dengan ukiran khas Dayak, berfungsi sebagai pelindung fisik sekaligus simbol semangat juang. Lonjo, tombak dengan ujung besi, digunakan untuk berburu dan diyakini memiliki kekuatan magis yang meningkat seiring banyaknya nyawa yang dilumpuhkan. Semua senjata ini menjadi bagian dari warisan budaya yang terus dijaga masyarakat Dayak hingga saat ini.

Kekayaan kuliner Kalteng menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya lokal. Juhu Singkah atau Umut (sayur rotan muda) dan Kalumpe (daun singkong tumbuk berbumbu) menjadi hidangan favorit masyarakat. Wadi, ikan fermentasi khas Dayak, serta jajanan manis Hintalu Karuang menambah warna kuliner daerah. Ikan patin dan baung bakar dari sungai-sungai lokal juga menjadi santapan khas yang disukai wisatawan, menunjukkan keterikatan masyarakat dengan sumber daya alam setempat.

Sektor pariwisata Kalteng menawarkan pengalaman alam dan budaya yang memikat. Taman Nasional Tanjung Puting di Kotawaringin Barat menjadi pusat konservasi orangutan dan destinasi susur Sungai Sekonyer. Taman Nasional Sebangau, yang membentang di Palangka Raya, Katingan, dan Pulang Pisau, menawarkan ekowisata rawa gambut yang unik. Danau Tahai dengan rumah terapung, Bukit Batu, dan Desa Wisata Tumbang Malahoi menghadirkan kombinasi alam, spiritualitas, dan budaya. Sungai Kahayan dan Kapuas Murung juga menjadi jalur budaya, tempat wisatawan dapat menyaksikan kehidupan masyarakat bantaran sungai secara langsung.

Ekonomi Kalteng didukung sektor pertambangan batubara dan emas, kehutanan ulin dan rotan, perkebunan sawit dan karet, serta pertanian padi, jagung, dan hortikultura. Sungai-sungai besar menyediakan sumber penghidupan melalui perikanan air tawar, sementara pariwisata berbasis ekowisata dan budaya Dayak semakin digarap sebagai sektor unggulan. Palangka Raya sempat dipertimbangkan sebagai calon ibu kota negara sebelum Nusantara ditetapkan. Lahan gambut yang luas di provinsi ini menyimpan cadangan karbon raksasa, berperan penting dalam mitigasi perubahan iklim global. Sungai Barito, yang berhulu di Pegunungan Schwaner dan bermuara di Laut Jawa, tetap menjadi jalur vital transportasi dan ekonomi, sementara Festival Budaya Isen Mulang terus mengukuhkan identitas budaya dan daya tarik wisata Kalimantan Tengah.

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda