Revitalisasi Jalur Sungai untuk Angkutan Tambang dan Komoditas di Kalteng: Harapan Baru di Tengah Keterbatasan Infrastruktur - Liputan Sbm

Nusantara Baru Indonesia Maju

Nusantara Baru Indonesia Maju

02 May 2025

Revitalisasi Jalur Sungai untuk Angkutan Tambang dan Komoditas di Kalteng: Harapan Baru di Tengah Keterbatasan Infrastruktur



LIPUTANSBM.COM, Kalimantan Tengah — Perbincangan publik kembali mengemuka mengenai efektivitas jalur transportasi untuk pengangkutan hasil tambang, sawit, dan kayu di Kalimantan Tengah. Di tengah keterbatasan dan kerusakan infrastruktur jalan darat akibat aktivitas angkutan perusahaan besar swasta (PBS), sebagian besar masyarakat menyuarakan keinginan agar jalur sungai kembali difungsikan secara optimal.

Gagasan ini bukan tanpa alasan. Selain pertimbangan efisiensi dan ramah lingkungan, jalur sungai juga dinilai lebih berkelanjutan untuk jangka panjang. Terlebih, Kalimantan Tengah memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, termasuk tambang pasir silika yang tersebar di wilayah Kabupaten Kapuas, Pulang Pisau, Sampit, hingga Pangkalan Bun.

Menurut sejumlah sumber warga dan pelaku usaha lokal, kandungan silika di wilayah ini mencapai kualitas tinggi, dengan kadar kemurnian hingga 99 persen. Potensi ini membuka peluang besar untuk investasi pembangunan smelter atau pabrik pengolahan, penciptaan lapangan kerja baru, serta peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Menanggapi hal tersebut, awak media Liputan SBM menghubungi langsung Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Kalimantan Tengah, Yulindra Dedy, S.STP., M.Si untuk menanyakan sejauh mana peluang revitalisasi jalur sungai dapat diwujudkan. Dalam keterangannya via pesan WhatsApp pada Selasa (30/04/2025), Yulindra menyatakan bahwa pihaknya membuka peluang pengangkutan hasil tambang melalui jalur sungai, khususnya Sungai Kapuas dan anak-anak sungainya.

"Untuk angkutan PBS yang melalui jalan khusus, diarahkan keluar pada alur Sungai Kapuas melalui anak Sungai Kapuas," jelas Yulindra.

Baca Juga: Jalur Tambang atau Jalur Sungai? Dilema Infrastruktur di Jantung Kalimantan Tengah

Ia menambahkan bahwa jalur sungai jauh lebih efektif untuk angkutan hasil tambang dibandingkan jalur darat. Selain memanfaatkan infrastruktur alami yang sudah ada, penggunaan sungai juga mengurangi kerusakan jalan yang selama ini menjadi keluhan masyarakat akibat beban kendaraan tambang yang berat.

Namun, pemanfaatan kembali jalur sungai bukan tanpa tantangan. Menurut Yulindra, diperlukan pengerukan secara menyeluruh di sejumlah sungai besar di Kalteng seperti Sungai Kahayan, Kapuas, Barito, Sampit, Kumai, hingga Rungan. Pengerukan ini penting untuk mengatasi pendangkalan akibat sedimentasi dari aktivitas tambang ilegal (PETI) dan pembukaan hutan untuk perkebunan dan pertambangan.

"Jumlah alur sungai di Kalteng cukup banyak dan memerlukan biaya yang sangat besar, juga peruntukan yang tepat. Ini memerlukan upaya bersama dari berbagai elemen," ujarnya.

Yulindra juga menegaskan bahwa pengerukan harus dibarengi dengan langkah pengawasan agar sedimentasi tidak terus terjadi, sehingga alur sungai yang telah diperbaiki tidak kembali dangkal dalam waktu singkat.

Masyarakat dan pelaku usaha di Kalimantan Tengah berharap agar pemerintah pusat dan daerah dapat bersinergi dalam membangun infrastruktur sungai sebagai jalur logistik strategis. Selain menjadi solusi jangka panjang, pemanfaatan jalur sungai juga bisa menjadi model transportasi hijau di wilayah yang dikenal sebagai jantung Kalimantan ini.

Revitalisasi jalur sungai bukan sekadar wacana, tetapi sebuah kebutuhan mendesak yang dapat mengubah lanskap ekonomi dan ekologi Kalimantan Tengah ke arah yang lebih baik.

Pewarta: Andy Ariyanto


Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda