Huma Betang Night Volume 11 Semarak, Delegasi Borneo Ikut Hadir - Liputan Sbm

24 August 2025

Huma Betang Night Volume 11 Semarak, Delegasi Borneo Ikut Hadir

Gelaran Huma Betang Night (HBN) Volume 11 pada Sabtu malam, 23 Agustus 2025 yang berlangsung di Bundaran Besar Palangka Raya.

LIPUTANSBM, PALANGKA RAYA – Gelaran Huma Betang Night (HBN) Volume 11 pada Sabtu malam, 23 Agustus 2025, tampil berbeda. Panggung budaya mingguan yang biasa dihelat di Bundaran Besar Palangka Raya ini kian semarak dengan kehadiran delegasi Seminar Internasional Pumpung Hai Borneo, yang datang dari berbagai wilayah Dayak se-Kalimantan hingga negeri jiran, Sabah dan Serawak, Malaysia.

Perayaan budaya ini beriringan dengan penyelenggaraan Pumpung Hai Borneo (The Great Borneo’s Assembly) yang berlangsung 21–23 Agustus, sekaligus memperingati Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia setiap 9 Agustus.

Plt. Sekretaris Daerah Kalimantan Tengah, Leonard S. Ampung, membuka acara dengan sambutan hangat.

Ia menyampaikan selamat datang kepada para tamu delegasi dan menegaskan makna tema yang diusung, “Melestarikan Kearifan Lokal dengan Spirit Huma Betang dalam Bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

Lebih jauh, Leonard mengungkapkan rencana besar Pemprov Kalteng membangun Huma Betang terbesar di Palangka Raya.

"Nantinya posisi yang kita sebut sebagai Huma Betang yang terbesar ada di Kantor Kehutanan di sebelah sana itu, ukurannya 170 meter x 80 meter. Didoakan saja semoga (pada) 2026–2027 sudah terbangun di sana," ujarnya.

Ia juga menyinggung rencana tahun depan agar seminar Pumpung Hai Borneo bisa digelar langsung di Tumbang Anoi, Gunung Mas – lokasi bersejarah Perjanjian Damai Dayak 1894.

"Ini bagian daripada kita napak tilas. Kita doakan tahun 2026 kalau infrastrukturnya sudah bagus, kemudian lingkungan di Betang Tumbang Anoi sudah bagus, kita akan selenggarakan di sana," katanya.

Menurut Leonard, seminar internasional ini lahir dari kerja sama erat antara pemerintah, komunitas, dewan adat, dan majelis adat Dayak lintas batas.

"Bersatu-padu orang Dayak berkumpul di Palangka Raya untuk seminar internasional dalam rangka melihat ke depan orang Dayak bisa menjadi tuan rumah di rumahnya sendiri. Mari kita bersama-sama bahu-membahu dimulai dari penguatan sumber daya manusia. Itu poin-poin yang telah disepakati dalam seminar," imbuhnya.

Ia juga berterima kasih kepada Gubernur Kalteng Agustiar Sabran, yang menggagas HBN sebagai ruang ekspresi budaya.

"Ini adalah sebagai pelestarian dari budaya Dayak. Kemudian, di sini juga pelaku-pelaku seni kita juga bisa mengekspos, untuk talenta-talenta dari anak muda kita, untuk mencintai budayanya," ujar Leonard.

Malam itu, panggung HBN dimeriahkan penampilan Sanggar Seni Bawi Bahalap, Dayak Pride, Karungut Joni, Sangsaka featuring Leo Band, Elsa Meriska, serta Tari Kapakat Dayak DAD yang mengisahkan peristiwa Tumbang Anoi.

Kejutan hadir lewat aksi Putri Sabah, Elka Alika Pijeh, finalis ajang pemilihan Unduk Ngadau se-Malaysia. Ia menyanyi dan menari bersama hadirin, menghidupkan suasana malam.

Dari Palangka Raya, pesan budaya itu mengalir hingga ke Sabah. Datuk Joanna Kitingan, Director of Sabah Museum, menjelaskan makna unduk ngadau sebagai “kecantikan yang bersinar seperti matahari.”

"Saya Ibu Unduk Ngadau. Kalau ingin tahu lebih jauh, datanglah ke Sabah untuk menyaksikan pertandingan Unduk Ngadau seluruh Malaysia," katanya, seraya mengapresiasi sambutan hangat tuan rumah.

Selain Gubernur Agustiar Sabran dan Ketua TP PKK Kalteng Aisyah Thisia Agustiar Sabran, acara ini juga dihadiri unsur Forkopimda, kepala OPD, serta para delegasi Pumpung Hai Borneo.

Pewarta : Antonius Sepriyono

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda