LIPUTANSBM.COM, KALTENG – Kalimantan Tengah dikenal
sebagai salah satu provinsi terluas di Indonesia yang memiliki kekayaan sumber
daya hutan luar biasa. Dari total luas daratan provinsi, sekitar 77,6 persen
atau 11,93 juta hektare merupakan kawasan hutan. Namun di balik pengelolaan
yang kompleks itu, terdapat sosok rimbawan tangguh yang menjadi garda terdepan
dalam pelestarian hutan: Agustan Saining, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi
Kalimantan Tengah.
Agustan, atau akrab disapa Gustan, bukanlah figur instan
dalam birokrasi kehutanan. Ia telah menapaki jalan panjang pengabdian sejak
1996, dimulai dari tenaga honorer hingga kini menjadi pejabat eselon II. Selama
hampir tiga dekade, Gustan tak hanya menjadi saksi hidup dinamika pengelolaan
hutan, tetapi juga turut memberi arah dan warna kebijakan kehutanan daerah.
Lahir di Parepare, Sulawesi Selatan pada 17 Agustus 1977,
tepat di hari kemerdekaan RI ke-32, Gustan tumbuh dari keluarga sederhana namun
sarat nilai. Ayahnya merupakan mantan Kepala Resort Pemangkuan Hutan (KRPH),
sementara ibunya seorang guru ngaji. Semangat hidup sederhana dan tanggung
jawab sosial itulah yang kemudian membentuk karakter Gustan sebagai pemimpin
yang membumi dan berorientasi pada pengabdian.
Pendidikan formalnya tidak selalu mulus. Ia sempat terputus
sekolah saat di SMP akibat pergaulan yang tidak kondusif. Namun titik balik
datang ketika ia masuk ke Sekolah Kehutanan Menengah Atas (SKMA) Ujung Pandang,
sebuah lembaga pendidikan kehutanan bergaya militer yang mengubah hidupnya
secara total. Di sana ia digembleng secara fisik, mental, dan spiritual.
Lulus sebagai salah satu lulusan terbaik SKMA tahun 1996,
Gustan diberikan kebebasan memilih tempat tugas di seluruh Indonesia oleh
Kepala Biro Kepegawaian Departemen Kehutanan. Atas saran para pembinanya, ia
memilih Kalimantan Tengah sebagai tempat pengabdian, sebuah keputusan yang
menentukan jalan hidupnya hingga kini.
Pada awal pengabdiannya, ia ditempatkan di Kantor Wilayah
Departemen Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah sebagai pemantau Rencana Karya
Tahunan (RKT) Perusahaan Hutan. Ia mencermati data teknis perusahaan,
menghitung potensi hasil hutan, serta turut terlibat dalam pemetaan dan
pelepasan kawasan hutan. Semua ia jalani dengan tekun sembari melanjutkan
pendidikan.
Gustan menyelesaikan S1 Fakultas Kehutanan Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya pada 2004, kemudian melanjutkan S2 di Universitas
Palangka Raya jurusan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Saat ini ia
tengah menyelesaikan S3 di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin dengan
fokus penelitian konservasi pascatambang sebuah isu yang sangat relevan di
Kalimantan Tengah.
Kariernya terus menanjak. Dari teknisi pemetaan, kepala
seksi, kepala bidang, hingga akhirnya dipercaya sebagai Kepala Dinas Kehutanan
Kalimantan Tengah sejak 2023. Sebelumnya, ia telah menjabat sebagai pelaksana
tugas sejak 2022. Kepemimpinannya ditandai dengan berbagai terobosan strategis
di bidang konservasi dan pemberdayaan masyarakat.
Beberapa capaian monumental di antaranya adalah pembangunan
persemaian modern pertama di luar Pulau Jawa, pengembangan Hutan Kota Nyaru
Menteng Berkah, dan penetapan Tahura Isen Mulang Sebangau Berkah seluas 58.113
hektare berdasarkan SK Menteri LHK pada 2023. Ini menjadi bukti kepemimpinan
Gustan dalam membawa kehutanan daerah ke level nasional.
Namun, semua pencapaian itu tidak datang tanpa tantangan.
Gustan harus mengelola kawasan hutan yang luasnya hampir 12 juta hektare dengan
dukungan personel yang sangat terbatas—hanya 780 ASN dan P3K, termasuk mereka
yang bertugas di KPH se-Kalimantan Tengah. Rasio yang tidak seimbang ini ia
jawab dengan mengembangkan strategi kolaboratif.
Salah satunya adalah penguatan Masyarakat Peduli Api (MPA)
yang kini mencapai 90 kelompok dengan lebih dari 1.200 anggota. Ia juga rutin
menggelar forum “coffee morning” bersama UPT Kementerian Kehutanan dan instansi
terkait, sebagai ruang koordinasi program prioritas, termasuk mendukung visi
Presiden Prabowo Subianto tentang swasembada pangan dan energi.
Gustan juga aktif membangun sinergi dengan masyarakat
melalui skema perhutanan sosial. Ia mendorong masyarakat memperoleh akses legal
untuk mengelola hutan secara lestari. Menurutnya, legalitas saja tidak cukup.
Harus ada pendampingan, pemberdayaan, dan penguatan kelembagaan agar masyarakat
benar-benar sejahtera dari hasil hutan non-kayu maupun jasa lingkungan.
Motivasi Gustan sebagai rimbawan sangat jelas: menjaga
kelestarian hutan sambil memaksimalkan manfaat sosial, ekonomi dan ekologis. Ia
ingin generasi muda memandang hutan bukan sekadar sumber kayu, melainkan sumber
kehidupan. Melalui Pramuka Saka Wana Bhakti, ia rutin menanamkan nilai-nilai
konservasi kepada anak-anak muda sejak usia sekolah.
Salah satu pengalaman ekstrem yang tak ia lupakan adalah
saat menjalankan tugas di hutan Lamandau. Karena kehabisan air bersih, ia
bertahan dua hari hanya dengan meminum air dari akar bajakah. “Itu mengajarkan
saya bahwa hutan adalah penyelamat. Kalau kita jaga hutan, hutan akan menjaga
kita,” ujarnya penuh refleksi.
Gustan pun tak lepas dari pengaruh para pemimpin sebelumnya.
Ia pernah menjadi ajudan Kepala Dinas Kehutanan dan banyak belajar dari gaya
kepemimpinan mereka mulai dari ketegasan, keterbukaan, kedisiplinan, hingga
cara membangun jaringan sosial dan keilmuan. Pengalaman itu menjadi bekalnya
kini dalam memimpin dengan bijak dan inklusif.
Ia juga aktif di berbagai organisasi, mulai dari IKA-SKMA,
Muhammadiyah, Gerdayak, KONI, hingga Persaudaraan Setia Hati Terate. Di semua
organisasi itu, ia memainkan peran strategis—baik sebagai ketua, sekretaris,
maupun pembina. Menurutnya, berorganisasi adalah cara efektif memperluas
pengaruh positif dan membangun kesadaran kolektif menjaga hutan.
Penghargaan pun menghampiri. Pada April 2023, Gubernur
Kalimantan Tengah menganugerahkan kenaikan pangkat istimewa kepadanya atas
dedikasi membangun sektor kehutanan. Namun bagi Gustan, penghargaan bukanlah
akhir perjuangan, melainkan awal dari tanggung jawab yang lebih besar.
Ia percaya bahwa tantangan masa depan akan semakin kompleks mulai
dari perubahan iklim, tekanan terhadap hutan, hingga perubahan kebijakan pusat
yang banyak mengambil alih kewenangan teknis provinsi. Namun semua itu, menurut
Gustan, justru menjadi pelecut untuk semakin adaptif, kreatif, dan kolaboratif.
Sebagaimana dilansir dari kanal RimbawanIndonesia,
kiprah Agustan Saining dinilai banyak kalangan sebagai cerminan generasi
rimbawan modern berbasis ilmu, berintegritas, dan mampu mengelola kehutanan
dengan pendekatan yang adil dan berkelanjutan. Ia dianggap sebagai pionir model
kepemimpinan kehutanan daerah yang mampu menjawab tantangan lintas zaman.
Bagi Agustan Saining, kehutanan bukan sekadar profesi,
melainkan jalan hidup. “Saya ingin ketika nama saya disebut, orang tahu saya
bagian dari perjuangan menjaga hutan Kalimantan Tengah tetap hidup,” tutupnya
dengan penuh keyakinan.



