Jejak Agustan Saining di Tengah Rimba Kalteng - Liputan Sbm

17 August 2025

Jejak Agustan Saining di Tengah Rimba Kalteng




LIPUTANSBM.COM, KALTENG – Kalimantan Tengah dikenal sebagai salah satu provinsi terluas di Indonesia yang memiliki kekayaan sumber daya hutan luar biasa. Dari total luas daratan provinsi, sekitar 77,6 persen atau 11,93 juta hektare merupakan kawasan hutan. Namun di balik pengelolaan yang kompleks itu, terdapat sosok rimbawan tangguh yang menjadi garda terdepan dalam pelestarian hutan: Agustan Saining, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah. 

Agustan, atau akrab disapa Gustan, bukanlah figur instan dalam birokrasi kehutanan. Ia telah menapaki jalan panjang pengabdian sejak 1996, dimulai dari tenaga honorer hingga kini menjadi pejabat eselon II. Selama hampir tiga dekade, Gustan tak hanya menjadi saksi hidup dinamika pengelolaan hutan, tetapi juga turut memberi arah dan warna kebijakan kehutanan daerah.

Lahir di Parepare, Sulawesi Selatan pada 17 Agustus 1977, tepat di hari kemerdekaan RI ke-32, Gustan tumbuh dari keluarga sederhana namun sarat nilai. Ayahnya merupakan mantan Kepala Resort Pemangkuan Hutan (KRPH), sementara ibunya seorang guru ngaji. Semangat hidup sederhana dan tanggung jawab sosial itulah yang kemudian membentuk karakter Gustan sebagai pemimpin yang membumi dan berorientasi pada pengabdian.

Pendidikan formalnya tidak selalu mulus. Ia sempat terputus sekolah saat di SMP akibat pergaulan yang tidak kondusif. Namun titik balik datang ketika ia masuk ke Sekolah Kehutanan Menengah Atas (SKMA) Ujung Pandang, sebuah lembaga pendidikan kehutanan bergaya militer yang mengubah hidupnya secara total. Di sana ia digembleng secara fisik, mental, dan spiritual.

Lulus sebagai salah satu lulusan terbaik SKMA tahun 1996, Gustan diberikan kebebasan memilih tempat tugas di seluruh Indonesia oleh Kepala Biro Kepegawaian Departemen Kehutanan. Atas saran para pembinanya, ia memilih Kalimantan Tengah sebagai tempat pengabdian, sebuah keputusan yang menentukan jalan hidupnya hingga kini.

Pada awal pengabdiannya, ia ditempatkan di Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Provinsi Kalimantan Tengah sebagai pemantau Rencana Karya Tahunan (RKT) Perusahaan Hutan. Ia mencermati data teknis perusahaan, menghitung potensi hasil hutan, serta turut terlibat dalam pemetaan dan pelepasan kawasan hutan. Semua ia jalani dengan tekun sembari melanjutkan pendidikan.

Gustan menyelesaikan S1 Fakultas Kehutanan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya pada 2004, kemudian melanjutkan S2 di Universitas Palangka Raya jurusan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Saat ini ia tengah menyelesaikan S3 di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin dengan fokus penelitian konservasi pascatambang sebuah isu yang sangat relevan di Kalimantan Tengah.

Kariernya terus menanjak. Dari teknisi pemetaan, kepala seksi, kepala bidang, hingga akhirnya dipercaya sebagai Kepala Dinas Kehutanan Kalimantan Tengah sejak 2023. Sebelumnya, ia telah menjabat sebagai pelaksana tugas sejak 2022. Kepemimpinannya ditandai dengan berbagai terobosan strategis di bidang konservasi dan pemberdayaan masyarakat.

Beberapa capaian monumental di antaranya adalah pembangunan persemaian modern pertama di luar Pulau Jawa, pengembangan Hutan Kota Nyaru Menteng Berkah, dan penetapan Tahura Isen Mulang Sebangau Berkah seluas 58.113 hektare berdasarkan SK Menteri LHK pada 2023. Ini menjadi bukti kepemimpinan Gustan dalam membawa kehutanan daerah ke level nasional.

Namun, semua pencapaian itu tidak datang tanpa tantangan. Gustan harus mengelola kawasan hutan yang luasnya hampir 12 juta hektare dengan dukungan personel yang sangat terbatas—hanya 780 ASN dan P3K, termasuk mereka yang bertugas di KPH se-Kalimantan Tengah. Rasio yang tidak seimbang ini ia jawab dengan mengembangkan strategi kolaboratif.

Salah satunya adalah penguatan Masyarakat Peduli Api (MPA) yang kini mencapai 90 kelompok dengan lebih dari 1.200 anggota. Ia juga rutin menggelar forum “coffee morning” bersama UPT Kementerian Kehutanan dan instansi terkait, sebagai ruang koordinasi program prioritas, termasuk mendukung visi Presiden Prabowo Subianto tentang swasembada pangan dan energi.

Gustan juga aktif membangun sinergi dengan masyarakat melalui skema perhutanan sosial. Ia mendorong masyarakat memperoleh akses legal untuk mengelola hutan secara lestari. Menurutnya, legalitas saja tidak cukup. Harus ada pendampingan, pemberdayaan, dan penguatan kelembagaan agar masyarakat benar-benar sejahtera dari hasil hutan non-kayu maupun jasa lingkungan.

Motivasi Gustan sebagai rimbawan sangat jelas: menjaga kelestarian hutan sambil memaksimalkan manfaat sosial, ekonomi dan ekologis. Ia ingin generasi muda memandang hutan bukan sekadar sumber kayu, melainkan sumber kehidupan. Melalui Pramuka Saka Wana Bhakti, ia rutin menanamkan nilai-nilai konservasi kepada anak-anak muda sejak usia sekolah.

Salah satu pengalaman ekstrem yang tak ia lupakan adalah saat menjalankan tugas di hutan Lamandau. Karena kehabisan air bersih, ia bertahan dua hari hanya dengan meminum air dari akar bajakah. “Itu mengajarkan saya bahwa hutan adalah penyelamat. Kalau kita jaga hutan, hutan akan menjaga kita,” ujarnya penuh refleksi.

Gustan pun tak lepas dari pengaruh para pemimpin sebelumnya. Ia pernah menjadi ajudan Kepala Dinas Kehutanan dan banyak belajar dari gaya kepemimpinan mereka mulai dari ketegasan, keterbukaan, kedisiplinan, hingga cara membangun jaringan sosial dan keilmuan. Pengalaman itu menjadi bekalnya kini dalam memimpin dengan bijak dan inklusif.

Ia juga aktif di berbagai organisasi, mulai dari IKA-SKMA, Muhammadiyah, Gerdayak, KONI, hingga Persaudaraan Setia Hati Terate. Di semua organisasi itu, ia memainkan peran strategis—baik sebagai ketua, sekretaris, maupun pembina. Menurutnya, berorganisasi adalah cara efektif memperluas pengaruh positif dan membangun kesadaran kolektif menjaga hutan.

Penghargaan pun menghampiri. Pada April 2023, Gubernur Kalimantan Tengah menganugerahkan kenaikan pangkat istimewa kepadanya atas dedikasi membangun sektor kehutanan. Namun bagi Gustan, penghargaan bukanlah akhir perjuangan, melainkan awal dari tanggung jawab yang lebih besar.

Ia percaya bahwa tantangan masa depan akan semakin kompleks mulai dari perubahan iklim, tekanan terhadap hutan, hingga perubahan kebijakan pusat yang banyak mengambil alih kewenangan teknis provinsi. Namun semua itu, menurut Gustan, justru menjadi pelecut untuk semakin adaptif, kreatif, dan kolaboratif.

Sebagaimana dilansir dari kanal RimbawanIndonesia, kiprah Agustan Saining dinilai banyak kalangan sebagai cerminan generasi rimbawan modern berbasis ilmu, berintegritas, dan mampu mengelola kehutanan dengan pendekatan yang adil dan berkelanjutan. Ia dianggap sebagai pionir model kepemimpinan kehutanan daerah yang mampu menjawab tantangan lintas zaman.

Bagi Agustan Saining, kehutanan bukan sekadar profesi, melainkan jalan hidup. “Saya ingin ketika nama saya disebut, orang tahu saya bagian dari perjuangan menjaga hutan Kalimantan Tengah tetap hidup,” tutupnya dengan penuh keyakinan.

 

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda