LIPUTANSBM.COM, PALANGKA RAYA - Di tengah dinamika pemerintahan daerah yang kerap diwarnai tarik-menarik kepentingan, kehadiran pemimpin yang tegas sekaligus berpihak pada kepentingan publik menjadi kebutuhan yang mendesak. Di Kota Palangka Raya, nama Fairid Naparin mencuat sebagai salah satu figur yang konsisten menempatkan kepemimpinannya dalam arus tersebut.
Lahir pada 28 Agustus 1985, Fairid Naparin bukan sekadar Wali Kota Palangka Raya. Ia merepresentasikan generasi baru pemimpin daerah—muda, tenang, dan memiliki ketegasan dalam mengambil keputusan. Kepercayaan publik kepadanya pertama kali teruji pada Pemilihan Wali Kota Palangka Raya 2018. Saat itu, Fairid meraih 50.438 suara dan terpilih memimpin ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah untuk periode 2018–2023.
Kepercayaan tersebut tidak berhenti di sana. Pada kontestasi Pemilihan Wali Kota 2024, Fairid kembali memperoleh mandat rakyat dan bersiap memimpin Palangka Raya untuk periode 2025–2030, bersama Achmad Zaini sebagai Wakil Wali Kota. Kemenangan ini menjadi penanda kesinambungan kepercayaan publik terhadap arah kepemimpinannya.
Namun, kepemimpinan tidak semata diukur dari kemenangan elektoral. Dalam praktik pemerintahan, Fairid kerap dihadapkan pada persoalan-persoalan krusial yang langsung bersentuhan dengan kehidupan warga. Sengketa pertanahan, pelayanan kesehatan, hingga persoalan klasik kelangkaan gas dan BBM menjadi ujian nyata. Dalam situasi-situasi tersebut, Fairid dikenal tidak memilih jalan aman, melainkan mengambil posisi yang jelas dengan membela kepentingan masyarakat.
Gaya kepemimpinannya cenderung tenang dan minim retorika, namun tegas dalam pengambilan keputusan. Sikap ini tidak selalu membuat semua pihak merasa nyaman. Kritik kerap muncul, terutama dari kelompok yang merasa dirugikan oleh kebijakan yang diambil. Bagi Fairid, kepemimpinan bukan soal menyenangkan semua pihak, melainkan memastikan keadilan serta keberpihakan pada kepentingan publik yang lebih luas.
Pandangan tersebut juga mendapat perhatian dari kalangan pers. Jurnalis senior Kalimantan Tengah, Hartany Soekarno, yang telah puluhan tahun mengamati dinamika kekuasaan dan kepemimpinan daerah, menilai Fairid sebagai sosok yang memiliki kapasitas lebih besar dari sekadar kepala daerah.
“Dia bagus dan masih muda. Kalau diberi kesempatan memimpin sebuah provinsi, saya kira dia bisa,” ujar Hartany dalam perbincangan santai di pendopo rumahnya, Selasa, 16 Desember 2025.
Pernyataan tersebut bukan sekadar pujian personal, melainkan refleksi atas konsistensi dan karakter kepemimpinan yang relatif jarang ditemui pada usia yang masih muda. Fairid dinilai mampu menjaga keseimbangan antara idealisme dan realitas politik, antara ketegasan dan empati.
Di Palangka Raya, Fairid Naparin bukan sekadar nama di baliho atau lembar surat suara. Ia adalah wajah kepemimpinan yang terus diuji oleh waktu, kebijakan, dan harapan publik. Di tengah perjalanan kota yang terus bertumbuh, harapan masyarakat pun mengemuka: agar kepemimpinan yang berpihak pada rakyat tidak berhenti sebagai narasi, melainkan terus diwujudkan dalam praktik pemerintahan yang adil dan berorientasi pada kepentingan bersama.
Penulis: Andy Arianto



