![]() |
LIPUTANSBM, PALANGKA RAYA – Yayasan Mentaya Bina Bangsa membuka peluang baru bagi para penyandang disabilitas untuk melanjutkan pendidikan tinggi.
Melalui program beasiswa penuh, yayasan ini mensosialisasikan dukungannya dalam kegiatan “Silaturahmi dan Sharing Bersama Sahabat Penyandang Disabilitas Tahun 2025” di Eltipark, Jalan C. Bangas, Palangka Raya, Minggu (17/8/2025).
Yayasan Mentaya Bina Bangsa sendiri menaungi Politeknik Sampit sebagai lembaga pendidikan vokasi. Ketua yayasan, Roy Buana, yang diwakili Abdul Azis, menegaskan komitmen memberikan pembebasan biaya kuliah sejak awal hingga lulus.
“Yayasan Mentaya Bina Bangsa, tentunya memberikan beasiswa ini secara penuh kepada para teman-teman yang hadir, bahkan yang belum sempat hadir dalam acara ini,” ujar Abdul.
Ia menambahkan, program tersebut dirancang fleksibel agar penyandang disabilitas tak harus kuliah di Sampit. Sistem pembelajaran jarak jauh akan diupayakan, bahkan dosen dapat hadir langsung di Palangka Raya.
Sosialisasi ini mendapat apresiasi dari penyelenggara acara, IPTU Fauziah. Ia menilai langkah tersebut membuka jalan bagi para penyandang disabilitas meraih cita-cita.
“Menurutnya beasiswa tersebut memberikan ruang, khususnya kepada para penyandang disabilitas untuk meraih cita-citanya. Serta memberikan kesempatan untuk bisa berkuliah, melalui beasiswa tersebut,” kata Fauziah.
Kegiatan ini sekaligus menjadi rangkaian perayaan HUT ke-80 RI. Fauziah menekankan pentingnya ruang inklusi agar penyandang disabilitas tetap bersemangat berkontribusi dalam pembangunan bangsa.
Salah seorang peserta, Junia Rendi, menyambut baik inisiatif tersebut. Ketua DPD PPDI Kalteng ini berharap perguruan tinggi di daerah membentuk Unit Layanan Disabilitas (ULD) untuk menjembatani akses informasi.
“Kami berharap agar ke depannya Perguruan-perguruan Tinggi khususnya di Kalimantan Tengah, dapat membentuk Unit Layanan Disabilitas atau ULD, yang akan menjembatani Perguruan Tinggi dan para penyandang disabilitas,” ujarnya.
Menurut Junia, tantangan terbesar penyandang disabilitas di Kalteng adalah keterbatasan informasi, termasuk soal beasiswa. Ia pun berpesan agar sesama penyandang disabilitas tak menyerah dalam menuntut ilmu.
“Saya juga berpesan kepada para kawan-kawan penyandang disabilitas, agar jangan berputus asa dan jangan berkecil hati dalam menuntut ilmu,” tuturnya.
Pewarta : Antonius Sepriyono