![]() |
Ketua Komisi II DPRD Kalteng, Siti Nafsiah. (ist) |
LIPUTANSBM, PALANGKA RAYA - Struktur perekonomian Kalimantan Tengah dinilai belum sehat. Ketergantungan yang masih tinggi pada sektor-sektor primer seperti tambang dan perkebunan membuat daerah ini rentan terhadap gejolak harga komoditas global. Kondisi ini juga dianggap belum cukup kuat untuk menopang pembangunan jangka panjang.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Komisi II DPRD Kalteng, Siti Nafsiah, mendesak agar percepatan hilirisasi ekonomi segera menjadi prioritas pemerintah daerah.
Ia menyoroti lemahnya kinerja sektor industri pengolahan yang justru mengalami kontraksi di tengah kebutuhan akan transformasi ekonomi.
“Pertumbuhan industri pengolahan mengalami kontraksi. Ini menunjukkan bahwa hilirisasi belum menjadi prioritas padahal seharusnya menjadi tulang punggung ekonomi daerah,” ujarnya.
Menurutnya, Kalimantan Tengah sudah saatnya keluar dari jebakan ekonomi berbasis bahan mentah. Komoditas unggulan seperti kelapa sawit, karet, rotan, dan hasil pertanian lainnya harus diolah lebih lanjut di dalam daerah untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing.
“Jika terus diekspor dalam bentuk mentah, nilai ekonominya kecil. Padahal, hilirisasi bisa menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan memperkuat ketahanan ekonomi daerah,” tegasnya.
Untuk mewujudkan itu, Siti Nafsiah mendorong Pemerintah Provinsi Kalteng segera menetapkan arah baru transformasi ekonomi.
Ia menekankan pentingnya penyediaan infrastruktur pendukung, kemudahan perizinan, serta pelatihan bagi pelaku usaha sebagai langkah konkret dalam memperkuat sektor hilir berbasis potensi lokal. (red)